
Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, memahami kebutuhan dan perilaku target audiens sangatlah penting untuk membuat produk serta strategi pemasaran yang relevan. Salah satu cara paling efektif untuk menggali pemahaman ini adalah melalui market survey yang valid.
Sayangnya, menurut laporan dari Qualtrics, sekitar 23% brand tidak memiliki strategi market research yang jelas. Akibatnya, banyak yang melakukan market survey secara asal-asalan tanpa arah dan struktur yang tepat. Hal ini tentu bisa merusak kualitas data dan menghasilkan insight yang menyesatkan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana cara mendesain market survey yang valid dan tidak sesat, terutama jika Anda beroperasi di wilayah padat persaingan seperti Jakarta.
Market Survey yang Valid Harus Punya
Ideal Customer Profile (ICP) yang Spesifik
Untuk mendesain market survey yang valid, Anda perlu menentukan Ideal Customer Profile (ICP) secara jelas dan detail. ICP merupakan deskripsi fiktif dari pelanggan ideal Anda, termasuk aspek demografis, geografis, perilaku, dan kebutuhan spesifik.
Misalnya, jika Anda menjalankan bisnis SaaS untuk pemasaran digital, ICP Anda bisa berupa: “Marketing Manager usia 28-40 tahun yang bekerja di perusahaan B2B dengan minimal 50 karyawan, berdomisili di Jakarta atau Tangerang, dan memiliki pengalaman menggunakan CRM.”
Di sisi lain, jika Anda memasarkan produk minuman kesehatan, ICP-nya bisa lebih ke: “Perempuan usia 25-35 tahun yang tinggal di Jakarta Selatan, aktif di media sosial, peduli kesehatan, dan sering belanja online di e-commerce lokal.”
Membuat ICP seakurat mungkin akan membantu Anda menyusun pertanyaan yang tepat dalam survei pasar. Sebaliknya, tanpa definisi yang tepat, survei Anda bisa menjangkau terlalu banyak segmen yang tidak relevan dengan strategi brand Anda. Hasilnya pun akan menjadi terlalu umum dan tidak bisa ditindaklanjuti secara strategis.
Bekerjasama dengan market research agency Jakarta seperti Demand Gen Lab juga bisa membantu Anda mendesain ICP yang lebih spot-on.
Jumlah Responden yang Cukup
Jumlah responden dalam survei sangat mempengaruhi validitas hasil market survey. Semakin banyak responden, semakin kecil margin of error dan semakin tinggi tingkat kepercayaan (confidence level) data yang Anda kumpulkan. Namun, ini juga tergantung pada jenis survei yang Anda lakukan. Dalam riset eksploratif, margin of error yang lebih besar mungkin masih bisa ditoleransi karena tujuannya adalah memahami pola umum, bukan menghasilkan kesimpulan definitif.
Sebaliknya, jika Anda ingin membuat keputusan penting, seperti meluncurkan produk baru di pasar Jakarta, Anda perlu mengumpulkan data dari lebih banyak responden untuk memastikan akurasi. Di sinilah peran bekerja dengan market research agency Jakarta sangat penting. Sebab, Anda bisa mengandalkan metode statistik yang tepat untuk menghasilkan hasil yang valid.
Data yang Ingin Dicari atau Divalidasi
Desain market survey yang valid selalu dimulai dengan mengetahui data apa yang ingin Anda cari atau hipotesis apa yang ingin Anda validasi. Di sisi lain, tujuan yang kurang konkret akan menghasilkan pertanyaan yang terlalu mengawang pula, dan akhirnya data yang tidak bisa digunakan.
Sebagai contoh, jika Anda ingin mengetahui apakah target audiens Anda merasa harga produk Anda terlalu mahal, tentunya data yang ingin Anda gali adalah price sensitivity. Oleh sebab itu, Anda bisa menanyakan: “Berapa harga maksimum yang masih Anda anggap masuk akal untuk produk X?” atau “Seberapa besar kemungkinan Anda membeli produk ini jika harganya naik 10%?”
Market Insights yang dihasilkan dari data seperti ini bisa sangat berharga untuk menentukan strategi harga.
Qualifying Questions yang Bisa Memfilter ICP
Salah satu elemen terpenting dalam survei adalah memastikan bahwa responden yang menjawab benar-benar masuk dalam kategori ICP Anda. Oleh karena itu, penting untuk memasukkan qualifying questions di awal survei. Pertanyaan-pertanyaan ini berguna untuk menyaring responden agar hanya yang sesuai dengan profil yang Anda cari yang dihitung dalam hasil akhir market insights yang didapatkan.
Sebagai contoh, jika Anda ingin menjangkau audiens yang berdomisili di Jabodetabek, Anda bisa menanyakan: “Di mana Anda tinggal saat ini?” dengan pilihan seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan luar Jabodetabek. Atau jika target Anda adalah decision maker di bidang pemasaran, Anda bisa menanyakan: “Apa jabatan Anda di perusahaan saat ini?” dan menyaring hanya jawaban seperti Marketing Manager atau Head of Marketing.
Tanpa qualifying questions yang tepat, data Anda bisa terkontaminasi oleh responden yang sebenarnya tidak relevan. Ini akan mengurangi akurasi dari market survey dan memperbesar risiko membuat keputusan berdasarkan informasi yang keliru.
Pertanyaan yang Tidak Mengarahkan Hasil Tertentu
Sering kali, dalam survei pasar ada pertanyaan yang mengarahkan responden ke salah satu jawaban karena ada “pesanan” dari pihak tertentu dengan kepentingan tersendiri.
Misalnya, pertanyaan seperti: “Apakah Anda setuju bahwa produk A lebih baik dari produk B?” secara tidak langsung mendorong responden untuk menjawab ya. Akibatnya, survei menjadi alat pembenaran, bukan pencarian kebenaran. Padahal, tujuan utama dari market survey adalah menemukan insight, bukan mengukuhkan asumsi.
Sebaliknya, desain pertanyaan yang netral memungkinkan Anda mendapatkan market insights yang lebih murni dan jujur. Hasilnya pun akan lebih dapat dipercaya untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan bisnis. Masih menggunakan contoh di atas, Anda mengubah pertanyaan tersebut menjadi: “Dari produk A dan B, mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan Anda?” atau “Apa pertimbangan Anda dalam memilih antara produk A dan B?”
Rekomendasi Research Agency Untuk Market Survey Jakarta
Jika setelah mempertimbangkan semua hal di atas Anda merasa bahwa melakukan market research sendiri terlalu memakan waktu atau sumber daya, tidak ada salahnya untuk bekerja sama dengan market research agency Jakarta yang berpengalaman. Salah satu agensi yang bisa jadi pilihan adalah Demand Gen Lab.
Demand Gen Lab pernah bekerja sama dengan TV Tokyo dalam melakukan market survey untuk memahami preferensi audiens terhadap konten anime dan drama Jepang dengan subtitle Indonesia di YouTube. Berbekal konten media sosial yang dibuat berdasarkan insight tersebut, TV Tokyo berhasil meningkatkan jumlah subscribernya hingga 22 kali lipat dalam waktu dua minggu sebelum peluncuran resmi channel YouTube-nya
Tak hanya itu, Demand Gen Lab juga pernah membantu Miitel, sebuah perusahaan startup teknologi dari Jepang, dalam memahami kebutuhan para marketer B2B di Jabodetabek. Berdasarkan hasil riset tersebut, Miitel berhasil mengembangkan strategi content marketing yang relevan.
Jika Anda ingin mendapatkan hasil market survey yang valid, tajam, dan actionable seperti kedua brand tersebut, Anda bisa mengecek portfolio dan harga layanan Demand Gen Lab dengan klik tombol “See Portfolio & Pricing” di bawah.