Setiap kali kita membuka LinkedIn, seringkali kita menemukan diskusi hangat mengenai teknologi AI dan peranannya di dunia marketing. Ada yang pro, namun tidak sedikit yang kontra dan bahkan “Anti AI”. Itulah kenapa akhirnya kami di Demand Gen Lab, market research agency Jakarta, memutuskan untuk melakukan riset agar bisa memahami teknologi AI di mata marketing leaders.
Saya Adhika Dwi Pramudita, Director di Demand Gen Lab, akan memberikan narasi terhadap hasil market research tentang penggunaan AI di Indonesia ini.
Kami mulai riset ini dengan satu pertanyaan paling penting: apakah marketing leaders di Indonesia telah mencoba menggunakan AI tech dalam mendukung pekerjaan mereka? Berikut hasilnya:
Hasilnya tidak mengejutkan. Sebanyak 67,7% marketing leaders di Indonesia pernah mencoba AI tech minimal satu kali.
Namun, apakah mereka akan berkomitmen untuk mencoba teknologi AI baru untuk mendukung campaign marketing? Lebih dari separuh marketers (58,1%) telah mempertimbangkan untuk mengadopsi teknologi AI dalam marketing campaign mereka. Namun, apa teknologi yang akan mereka adopsi? Berikut hasil temuan kami:
ChatGPT masih menjadi favorit utama marketing leaders berdasarkan market research tentang penggunaan AI di Indonesia ini dengan hasil 81%. Gemini dari Google mengikuti di peringkat kedua di 42,9%. Selain dua teknologi AI populer tersebut, marketing leaders di Indonesia juga menggunakan Copilot, Canva, Midjourney, VoiceAI, dan TiktokAI.
Setelah memahami komitmen dan juga teknologi yang marketers gunakan, berikutnya Demand Gen Lab ingin memahami budget yang akan dialokasikan untuk teknologi ini. Apakah teknologi AI memiliki market di Indonesia untuk saat ini?
Ternyata, meskipun cukup terbuka untuk mengeksplorasi teknologi AI, namun mayoritas marketing leaders belum berani untuk mengalokasikan budget khusus untuk belanja teknologi AI. Sebanyak 76,2% belum memiliki budget untuk belanja teknologi AI.
Namun kita bisa melihat ini sebagai situasi “glass half full/empty”. Industri teknologi AI masih sangat awal di Indonesia, tapi sudah ada 23,8% marketing leaders berani untuk mengalokasikan budget belanja teknologi AI. Selama saat masa eksplorasi ini dianggap membantu, angka budget belanja teknologi AI di Indonesia bisa meningkat.
Untuk lebih memperkuat temuan market research tentang penggunaan AI di Indonesia ini, Demand Gen Lab berusaha mencari tahu kenapa marketers masih belum mengalokasikan budget khusus teknologi AI. Berikut temuannya:
Berdasarkan hasil riset ini, meskipun mayoritas marketers telah mencoba teknologi AI, baru 41,9% yang merasa AI tech penting untuk mendukung marketing campaign mereka. Namun, ada lebih dari seperempat (25,8%) marketers yang merasa teknologi AI tidak penting untuk marketing.
Data ini merupakan jawaban kenapa perdebatan teknologi AI di platform seperti LinkedIn seringkali “panas”.
Kami sendiri di Demand Gen Lab, market research agency di Jakarta, merasa bahwa teknologi AI ini sangat menarik. Namun kita harus memahami bahwa industrinya sendiri masih berada di fase “exploratory”. Itu kenapa masih banyak perusahaan yang belum mengalokasikan budget khusus AI tech meskipun sudah mengakui bahwa teknologi AI akan menjadi penting di masa depan.
Tertarik untuk melakukan market research bagi industri Anda sendiri? Anda bisa cek portfolio Demand Gen Lab, market research agency Jakarta dengan mengklik tombol “See Pricing & Portfolio” di bawah!
Apakah social media ads penting bagi bisnis B2B? Untuk menjawab pertanyaan ini, tim Demand Gen Lab sebagai market research agency Jakarta, melakukan riset dan bertanya pada B2B marketers yang ada di Jabodetabek.
Saya Adhika Dwi Pramudita, Director di Demand Gen Lab, akan memaparkan hasil temuan menarik kami.
Bisnis B2B identik sekali dengan LinkedIn. Hampir semua bisnis B2B menggunakan LinkedIn sebagai salah satu channel marketing utama mereka. Itu alasan kenapa kami tidak menanyakan mengenai LinkedIn. Namun, kami justru bertanya apakah bisnis B2B menggunakan social media selain LinkedIn? Hasilnya ternyata menarik sekali:
Ternyata, semua bisnis B2B yang terlibat dalam riset pasar ini telah memiliki akun Instagram. Tidak heran, Instagram merupakan salah satu social media channel yang paling populer di Indonesia. Bisnis B2B pun mencoba untuk masuk ke channel ini.
Namun, yang paling mengejutkan, adalah TikTok. Meskipun identik dengan “anak muda” dan “gen Z”, ternyata ada 10% bisnis B2B yang telah masuk ke channel TikTok. Menurut pengakuan mereka, TikTok merupakan salah satu channel “eksplorasi” yang menarik untuk dicoba.
Berikutnya, sebagai market research agency Jakarta, kami ingin tahu berapa besar budget yang dialokasikan oleh marketer B2B untuk social media. Bisnis B2B yang identik dengan direct sales ternyata mulai merambah social media. Untuk mengetahui seberapa penting social media ads bagi bisnis B2B, maka tidak ada data yang lebih penting dari alokasi budget mereka.
Mayoritas bisnis B2B (52%) mengalokasikan 1-15% budget mereka untuk social media. Ternyata, hanya 12% dari bisnis B2B yang berani mengalokasikan lebih dari 15% budget marketing mereka untuk social media. Lebih mengejutkannya lagi:
Ternyata ada 36% perusahaan yang tidak mengalokasikan budget sama sekali untuk social media! Padahal, mereka sudah memiliki akun social media. Artinya, mereka berusaha menjalankan akun social media tersebut tanpa didukung oleh budget khusus. Angka ini sejalan dengan temuan kami berikutnya:
Demand Gen Lab menemukan bahwa hanya 1 dari 5 (20%) B2B marketing leaders yang merasa social media ads penting bagi bisnis mereka. Mayoritas decision maker di bisnis B2B ternyata masih belum merasa social media penting.
Menurut Saya, dari hasil riset tersebut, bisnis B2B sendiri masih berada di fase awal mencoba channel social media. Mereka mulai berpindah dari 100% direct sales menuju berpikir lebih holistic mengenai marketing, termasuk mencoba social media. Seiring berjalannya waktu, angka ini akan naik mengingat baik di Indonesia maupun luar negeri, social media telah menjadi salah satu channel marketing terpenting bagi bisnis B2B.
Itulah tadi pemaparan riset pasar kami mengenai seberapa penting iklan social media bagi bisnis B2B. Semoga insight ini bisa memberi sedikit benchmark bagi bisnis Anda.
Tertarik untuk melakukan market research bagi bisnis Anda sendiri? Anda bisa cek portfolio Demand Gen Lab, market research agency Jakarta dengan mengklik tombol “See Pricing & Portfolio” di bawah!
Dalam era digital saat ini, demand generation berperan penting bagi kesuksesan bisnis, baik di ranah B2B maupun B2C. Riset dari Demand Gen Report yang diterbitkan oleh Adam Connell menunjukkan bahwa strategi demand gen berkontribusi sebesar 11-50% bagi total keuntungan perusahaan. Untuk bisa mendapatkan hasil yang baik, mari kita belajar contoh case study demand generation yang sukses.
Demand Gen Lab sebagai market research agency Jakarta telah membuktikan bahwa strategi demand generation bisa sukses kalau didukung data yang memadai. Di samping itu, case study demand generation dari luar negeri menunjukkan keberhasilan strategi demand gen yang tidak dapat dianggap remeh. Anda bisa menyimak empat contoh studi kasus demand gen internasional yang terbukti sukses untuk mendapatkan gambaran cara mengadaptasi pendekatan serupa dalam bisnis Anda.
Drift Chatbot: Fokus di Thought Leadership
Dalam studi kasus pertama, Drift–layanan AI chatbot untuk customer service yang kini telah diakuisisi oleh Salesloft–membuktikan keunggulan pendekatan conversational marketing yang berfokus pada thought leadership.
Drift Chatbot berhasil menciptakan pipeline senilai US$15 juta dalam waktu 12 bulan melalui interaksi langsung dengan prospek. Setelah mendapatkan insight dari market research mereka ke pelanggan, mereka menonjolkan studi kasus bagaimana Drift mampu mempermudah komunikasi antara tim pemasaran dan penjualan.
Selain itu, mereka juga rutin menerbitkan artikel blog yang informatif tentang pemasaran, cara meningkatkan produktivitas di perusahaan, cara meningkatkan layanan pelanggan, dan lain-lain. Bahkan, pengunjung juga bisa menggunakan chatbot mereka yang dibuat dengan teknologi Drift untuk mencari lebih banyak konten informatif di website serta menemukan solusi layanan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Untuk semakin memperkuat thought leadership marketing mereka, Drift juga rutin mengadakan webinar tentang topik yang relevan di dunia bisnis saat ini dan mengajak pengguna untuk mendaftar melalui email. Strategi ini mendorong keterlibatan pelanggan secara real-time, sehingga mempercepat proses konversi dan membantu mereka lebih memahami pelanggan.
Data internal perusahaan menunjukkan peningkatan interaksi pengguna hingga dua kali lipat serta pertumbuhan signifikan dalam akuisisi pelanggan baru. Selain itu, Drift Chatbot berhasil menjadi platform chatbot nomor satu bagi tim pemasaran dan penjualan. Pencapaian ini terbukti dari penghargaan yang mereka terima pada kuartal pertama tahun 2024, yaitu Leader in The Forrester Wave™: Conversation Automation Solutions for B2B. Keberhasilan tersebut pun pada akhirnya mengubah norma industri, sehingga banyak pesaing yang kemudian mengadopsi konsep conversational marketing untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan.
Dari case study demand generation ini, Anda bisa melihat bagaimana pendekatan yang proaktif dan penggunaan teknologi canggih telah membuka peluang baru dalam dunia digital marketing untuk memaksimalkan pertumbuhan bisnis.
Gong: Strategi Demand Gen di LinkedIn
Gong.io adalah platform Revenue Intelligence yang bertujuan membantu perusahaan meningkatkan kinerja penjualan. Untuk mencapai visi tersebut, mereka memanfaatkan LinkedIn sebagai platform utama dalam strategi demand generation. Terutama, demi meningkatkan brand awareness, menghasilkan leads berkualitas, dan mendorong pertumbuhan revenue.
Pertama, mereka menggunakan fitur targeting LinkedIn yang canggih untuk menjangkau audiens spesifik, seperti profesional di bidang penjualan, manajer revenue, dan eksekutif C-level di perusahaan B2B. Mereka juga memanfaatkan data dari CRM mereka untuk membuat custom audience berdasarkan perusahaan atau industri tertentu.
Kedua, Gong fokus pada pembuatan konten yang bernilai tentang manfaat penggunaan AI dalam meningkatkan performa penjualan, seperti dalam bentuk ebook, whitepaper, studi kasus, video pendek, dan infografis. Konten ini dirancang untuk menarik minat calon pelanggan dengan memberikan solusi atas tantangan yang mereka hadapi.
Selain itu, Gong menggunakan LinkedIn Sponsored Content untuk mempromosikan konten mereka di feed LinkedIn, serta LinkedIn InMail untuk mengirim pesan personal secara langsung ke calon pelanggan. Mereka juga memanfaatkan LinkedIn Matched Audiences untuk melakukan retargeting kepada pengguna yang pernah mengunjungi website mereka atau berinteraksi dengan konten sebelumnya.
Kampanye demand gen mereka yang menggabungkan upaya organik dan berbayar sehingga menjaring jutaan interaksi di platform tersebut. Bahkan, menurut data yang diterbitkan oleh LinkedIn, jumlah komentar dalam post yang diterbitkan oleh Gong meningkat sebesar lebih dari 6.000% dibandingkan sebelumnya.
Pada akhirnya, strategi ini mendorong pertumbuhan lebih dari 80 persen tahun ke tahun, yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan konversi dan akuisisi pelanggan. Gong pun mampu mencapai status unicorn dengan valuasi mencapai US$7,25 miliar. Pendekatan demand gen yang terintegrasi ini mengubah persepsi pasar dan membuktikan efektivitas strategi edukatif melalui platform LinkedIn.
Snowflake: Strategi Account-Based Demand Gen
Snowflake, sebuah perusahaan penyedia layanan penyimpanan dan analisis data berbasis cloud, telah menerapkan strategi account-based demand generation (ABDG) yang sangat efektif untuk semakin menumbuhkan bisnis mereka.
Strategi ini berfokus pada pendekatan yang sangat terarah dan personalisasi tinggi terhadap sejumlah kecil akun perusahaan besar yang memiliki potensi nilai tinggi. Snowflake menggunakan data riset pasar dan analitik untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari solusi mereka, kemudian merancang kampanye pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing perusahaan.
Salah satu kunci keberhasilan Snowflake adalah integrasi antara tim penjualan dan pemasaran. Kedua tim bekerja sama secara erat untuk mengembangkan pesan yang relevan dan menarik bagi setiap akun target. Mereka menggunakan berbagai saluran, termasuk email, konten yang dipersonalisasi, acara khusus, dan iklan digital, untuk menjangkau para pengambil keputusan di perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, Snowflake juga memanfaatkan teknologi account-based marketing (ABM) untuk melacak dan mengukur efektivitas setiap kampanye.
Hasilnya, Snowflake berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 174% dan mencetak valuasi terbesar dalam sejarah saat mereka resmi IPO, yaitu 33 miliar USD. Dalam beberapa tahun, basis pelanggan mereka melonjak dari 500 hingga melebihi 6.000 klien enterprise dari berbagai industri dan wilayah geografis. Pertumbuhan yang pesat ini menjadikan Snowflake sebagai perusahaan perangkat lunak enterprise dengan pertumbuhan tercepat, sebagian besar berkat keberhasilan mereka dalam menggabungkan demand generation dan pendekatan account-based marketing.
Dengan fokus pada klien bernilai tinggi dan pendekatan yang sangat terpersonalisasi dari insight riset pasar, Snowflake mampu meningkatkan pendapatan sekaligus membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan mereka. Hal ini menunjukkan betapa efektifnya strategi account-based demand generation dalam mendorong pertumbuhan bisnis yang signifikan, terutama di pasar yang kompetitif seperti teknologi enterprise.
HubSpot: Demand Gen Dengan SEO
HubSpot menghadapi tantangan untuk mengedukasi bisnis tentang manfaat inbound marketing agar permintaan terhadap produk digital mereka semakin meningkat. Namun, mereka mampu mengatasinya dengan mengandalkan strategi konten dan SEO dalam strategi demand generation.
Mereka menyadari bahwa dengan menyediakan konten berkualitas tinggi yang relevan dengan kebutuhan audiens sesuai market research di awal, mereka dapat menarik calon pelanggan secara organik tanpa bergantung pada iklan berbayar. Hal ini sejalan dengan filosofi inbound marketing yang mereka promosikan, yaitu menarik pelanggan melalui konten yang bermanfaat daripada mengganggu mereka dengan iklan.
Strategi yang digunakan HubSpot melibatkan pembuatan konten edukatif seperti blog, panduan, ebook, dan webinar yang dirancang untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh target pasar mereka. Mereka mengoptimalkan konten ini dengan teknik SEO yang canggih, termasuk penelitian kata kunci yang mendalam, optimasi on-page, dan pembangunan backlink yang kuat.
Dengan fokus pada kata kunci yang memiliki volume pencarian tinggi namun persaingan rendah, HubSpot berhasil menempatkan konten mereka di posisi teratas hasil pencarian Google. Ini memungkinkan mereka untuk menarik traffic organik yang signifikan tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk iklan.
Melalui pendekatan ini, HubSpot berhasil menghasilkan 75% leads mereka secara organik melalui konten dan SEO. Bahkan, menurut hasil analisis internal, konten lama HubSpot yang diperbarui secara berkala mampu menyumbang lebih dari 75-90% total traffic menuju website mereka. Traffic organik yang konsisten dan berkualitas tinggi ini berhasil mengurangi biaya akuisisi pelanggan dan membantu membangun otoritas merek mereka di industri pemasaran digital.
Dengan inbound marketing sebagai strategi utama demand generation, HubSpot berhasil berkembang menjadi perusahaan bernilai tinggi. Spesifiknya, menurut laporan keuangan terkini HubSpot per kuartal keempat tahun 2024 yang diterbitkan di Business Wire, keuntungan mereka telah mencapai 2,63 miliar dolar.
Keempat case study demand generation di atas menunjukkan bahwa strategi demand gen bisa membantu perusahaan mencapai pertumbuhan yang signifikan. Content Marketing Institute juga mendukung manfaat tersebut dengan hasil riset mereka: 83% marketer merasa demand generation paling efektif untuk mengembangkan bisnis mereka.
Namun, kesuksesan dari demand generation tidak hanya terbatas pada perusahaan internasional. Demand Gen Lab sebagai market research agency Jakarta juga telah membantu klien-klien lokal mencapai hasil yang mengesankan setelah memahami pelanggan mereka melalui market research. Anda dapat mempelajari lebih jauh tentang berbagai studi kasus lokal klien Demand Gen Lab di sini untuk melihat bagaimana strategi demand gen juga cocok bagi brand di Indonesia.
Demand generation adalah salah satu strategi marketing yang berfokus pada menciptakan “demand” atau permintaan pada produk yang kita jual. Riset dari Gartner mengatakan bahwa strategi demand generation yang baik akan meningkatkan kualitas dari leads, sehingga bisa mempengaruhi penjualan perusahaan. Detail mengenai apa itu demand generation bisa Anda baca lebih lengkap di artikel ini.
Dalam konten kali ini, kita akan fokus pada strategi demand generation yang baik versi Demand Gen Lab, market research agency Jakarta. Apa saja yang harus kita lakukan?
Strategi Demand Generation dari Demand Gen Lab
Pahami pasar dengan riset
Strategi Demand Generation selalu dimulai dengan mengenali pasar dan customer dari produk tersebut. Semua strategi marketing demand generation dan eksekusinya nanti selalu berdasarkan hasil market research ini. Apa saja informasi yang harus kita temukan dari riset pasar untuk demand generation?
Siapa customer kita?
Kenali secara detail demografis calon customer yang mungkin tertarik terhadap produk kita. Siapa mereka? Tinggal dimana? Usia, gender, dan apa “interest” mereka. Semakin kita tahu detail siapa calon customer kita, semakin akurat hasil riset kita nanti.
Apa pain point customer kita?
Dari calon customer tadi, kita harus memahami apa “pain point” utama mereka. Apa yang paling membuat mereka frustasi, marah, dan kesulitan dalam melakukan sesuatu?
Dimana customer ada (buat tahu channelnya)
Setelah tahu siapa customer kita dan apa pain point mereka, berikutnya adalah memahami dimana mereka berkumpul. Apakah mereka pengguna social media tertentu? Apakah mereka suka berkumpul di tempat fisik tertentu? Insight ini sangat penting untuk membantu kita menentukan aktivitas untuk bisa menjangkau mereka di tempat yang tepat.
Buat strategi marketing sesuai dengan riset
Setelah mendapatkan berbagai insight dari riset pasar, berikutnya kita bisa membuat strategi marketing yang akan menjadi panduan utama kita. Apa saja yang harus ada di strategi demand generation tersebut?
Detail ICP sesuai dengan riset
ICP (Ideal Customer Profile) adalah simpulan dari pemahaman kita tentang siapa sebenarnya customer kita. Semua strategi kita akan berdasarkan data ICP ini.
Aktivitas atau konten apa yang bisa membantu ICP?
Dari insight pain point ICP yang didapatkan dari riset, kita bisa menentukan aktivitas atau konten apa yang bisa menjawab pertanyaan dan masalah customer. Eksekusinya sendiri bisa saja membuat strategi thought leadership, riset, atau community gathering misalnya. Tergantung dari insight yang kita dapatkan dari riset tersebut.
Channel distribusi aktivitas/konten
Eksekusi aktivitas dan konten hanya akan efektif kalau kita berhasil mendeliver itu ke channel tempat ICP kita berkumpul. Misal kalau ICP kita lebih banyak di LinkedIn, maka aktivitas dan konten kita harus sesuai untuk distribusi di LinkedIn. Kesesuaian antara jenis aktivitas dan konten dengan channel distribusi juga sangat penting. Semuanya tergantung dari insight awal yang kita dapatkan.
KPI dan metrik suksesnya
Sama seperti aktivitas marketing pada umumnya, pada strategi demand generation juga kita harus menentukan KPI yang spesifik. Fungsinya agar kita tahu apakah kampanye marketing kita berhasil atau tidak, dan menjadi panduan kita dalam mengevaluasi semuanya.
Eksekusi Aktivitas atau konten demand generation yang membantu customer
Strategi demand generation hanya akan jalan apabila eksekusi kita juga bagus. Intinya, apakah kita bisa membantu dan menjawab masalah dari customer? Berikut adalah beberapa aktivitas dan konten demand generation yang bisa menjadi inspirasi.
Thought leadership content/seminar/talkshow
Thought leadership adalah usaha dalam demand generation untuk menciptakan kepercayaan customer terhadap merek kita. Biasanya, perusahaan akan menunjuk “subject matter expert”, atau seorang ahli yang bisa sharing mengenai expertise mereka dalam menyelesaikan masalah customer, idealnya melalui penggunaan produk yang kita jual.
Misi utama dari aktivitas dan konten thought leadership adalah membuat customer merasa bahwa orang-orang dalam bisnis kita itu yang paling jago dalam bidang tertentu, yang berkaitan dengan masalah customer kita tersebut. Eksekusinya bisa melalui konten atau membuat seminar/talkshow.
Industry research
Salah satu aktivitas dan konten demand generation yang juga paling dicari oleh customer adalah riset pasar yang berkaitan dengan industri mereka. Kalau riset kita bisa membantu menjawab pertanyaan dan masalah dari customer, maka mereka akan lebih percaya pada bisnis kita. Industry research ini merupakan salah satu jenis market research yang paling sering dipesan di Demand Gen Lab, market research agency Jakarta.
Expert AMA
AMA (ask-me-anything) adalah salah satu metode dimana kita menyediakan seorang expert (idealnya subject matter expert dari perusahaan kita sendiri), dan kita memfasilitasi calon customer kita untuk bertanya tentang masalah mereka secara gratis dan mudah. Kegiatan AMA ini selain bisa membantu calon customer secara langsung, juga bisa meningkatkan kepercayaan thought leadership kita di industri.
Distribusi konten/Aktivitas demand generation ke channel yang tepat
Ada banyak channel marketing yang bisa digunakan untuk meningkatkan demand terhadap produk kita. Tapi sekali lagi, channel yang kita gunakan harus melihat data insight dari riset pasar. Berikut adalah beberapa channel umum yang sering digunakan untuk strategi demand generation:
SEO
“Search Engine Optimization” atau SEO adalah salah satu channel utama dalam berbagai industri. Banyak orang membuat konten artikel dan video yang menjawab pertanyaan dan masalah pelanggan untuk memenangkan SEO, terutama di Google. Investasi di SEO biasanya bersifat lebih ke jangka panjang.
Paid Ads
Berbalik dengan SEO, paid ads seperti SEM dan Meta Ads/Tiktok Ads berorientasi lebih ke jangka pendek dan konversi langsung. Namun, paid ads juga bisa kita gunakan untuk membangun brand jangka panjang, dengan mengiklankan konten kita yang memang sudah populer secara organik.
Social Media
Terutama bagi produk yang menargetkan audiens lebih muda, social media adalah channel utama berbagai bisnis. Bahkan social media juga mulai dianggap penting dalam B2B berdasarkan riset dari Demand Gen Lab.
Email Marketing
Dari berbagai data poin yang ada, email marketing masih menjadi salah satu channel favorit marketer di Indonesia. Namun, pastikan bahwa calon customer yang Anda kirimi email memang sudah “opt-in” atau bersedia untuk dikirimi email. Kalau Anda mengirim email ke calon customer yang belum “opt-in”, maka jatuhnya lebih ke spam dan akan merugikan brand Anda dalam jangka panjang.
Offline Activity
Offline activity seperti seminar, talkshow, tradeshow, masih menjadi salah satu senjata utama bisnis B2B. Untuk produk yang membutuhkan demo secara fisik, offline activity ini juga sangat penting.
Community approach
Customer kita tidak sendiri. Biasanya, ada banyak orang lainnya yang mengalami masalah yang sama. Kalau perusahaan kita berhasil mengumpulkan orang-orang ini dan memfasilitasi mereka untuk berkomunitas, perusahaan kita bisa memiliki keunggulan lebih dibanding yang lain. Komunitas industri juga bisa jadi salah satu channel distribusi kita terhadap usaha thought leadership dari perusahaan. Tapi ingat, jangan “jualan” dalam komunitas ini. Fokus saja membangun komunitas dulu untuk meningkatkan kepercayaan calon customer.
Track data analytics
Setelah menerapkan semuanya: riset, marketing plan, eksekusi, maka berikutnya adalah tracking data analytics sehingga kita bisa mengevaluasi secara lebih baik. Tentukan KPI utama yang ingin Anda track, dan apa tools analytics yang diperlukan. Sebagai starting kit, biasanya untuk strategi demand generation, KPI utamanya adalah jumlah leads dan jumlah marketing meeting. Namun, tiap perusahaan bisa berbeda tergantung jenis bisnis dan strateginya.
Untuk alat analytics, selama kita sudah memasang tracker yang proper seperti Google Analytics dengan semua Google Tag-nya, dan analytics bawaan dari Meta untuk social media, maka seharusnya kita sudah bisa mengetrack hampir semua KPI yang penting.
Evaluasi
Strategi demand generation sebaiknya dievaluasi tiap quarter dan tiap half-year. Jadinya, kita bisa melihat eksekusi demand generation tertentu yang bersifat jangka panjang, apakah memang bisa meningkatkan kualitas leads kita secara umum.
Contoh Penerapan Strategi Demand Generation – Demand Gen Lab x TV Tokyo
Demand Gen Lab sebagai market research agency di Jakarta membantu TV Tokyo melakukan launching youtube channel di Indonesia dengan hasil yang luar biasa. Jumlah subscriber TV Tokyo meningkat 22x lipat, meraih 3x lipat lebih besar dari target KPI awal yang ditetapkan.
Mari kita bahas apa strategi demand generation yang Demand Gen Lab lakukan untuk TV Tokyo berdasarkan framework di atas.
Pahami pasar dengan riset
Sebelum memulai aktivitas demand generation, Demand Gen Lab melakukan riset ke ideal customer profile TV Tokyo. Kami menemukan data siapa mereka, bagaimana behavior mereka dalam menonton anime dan dorama, apa preferensi mereka, dan channel apa yang paling banyak dikunjungi.
Buat strategi marketing sesuai dengan riset
Dari insight riset Demand Gen Lab, TV Tokyo mengembangkan strategi marketing yang spesifik. Selain menerbitkan press release, kami juga bekerjasama dengan influencer yang sangat dikenal oleh ideal customer profile TV Tokyo. Pesan yang disampaikan juga sudah disesuaikan dengan insight yang didapatkan.
Eksekusi Aktivitas atau konten demand generation dan distribusi ke channel yang tepat
TV Tokyo bekerjasama dengan influencer membuat script yang sangat mengena bagi audiens. Konten yang diciptakan ditonton oleh ratusan ribu orang di Instagram, dan menciptakan banyak konversi subscriber Youtube channel TV Tokyo di Indonesia. Selain itu, TV Tokyo mengeluarkan press release yang terbit di berbagai website komunitas anime dan dorama di Indonesia, menjangkau audiens yang lebih aktif di sana.
Track data analytics dan evaluasi
Dalam kampanye ini, TV Tokyo hanya mengetrack tiga KPI, yaitu jumlah subscriber Youtube channel TV Tokyo sebagai KPI utama, lalu jumlah penonton konten di Instagram dan PR value dari press release sebagai secondary KPI. Hasil dari tiga KPI tersebut semuanya melampaui ekspektasi!
Apakah Bisnis Saya Juga Bisa Menggunakan Strategi Demand Generation yang Sama?
Secara umum, semua bisnis dari semua industri bisa menggunakan framework strategi demand generation di atas. Namun, eksekusi detailnya nanti akan berbeda dalam tiap bisnis. Produk dan audiens yang berbeda akan membuat eksekusi detailnya berbeda pula. Anda bisa mengklik tombol “Contact Us” untuk berdiskusi lebih lanjut dengan tim Demand Gen Lab.
Anda juga bisa melihat berbagai case study market research Jakarta lain dengan mengklik tombol “See Pricing & Portfolio”.